Home ยป Business Process Reengineering (BPR): Pengertian dan Penjelasan

Business Process Reengineering (BPR): Pengertian dan Penjelasan

Terkadang, meningkatkan proses bukanlah hal yang paling efisien yang dapat perusahaan lakukan. Sebaliknya, perusahaan ingin merekayasa ulang. Sehingga daripada memperbaiki proses, perusahaan lebih baik memulai dari awal. Business process reengineering atau dikenal BPR adalah proses perubahan bisnis secara radikal terhadap proses bisnis dimana tujuannya untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi perusahaan yang mana proses perubahan ini tidak termasuk perubahan struktur organisasi dan fungsi bisnis itu sendiri.

BPR ini banyak dilakukan oleh perusahaan yang tertinggal jauh dari persaingan oleh kompetitornya. Namun Business process reengineering ini memiliki resiko yang lebih besar daripada Business Process Management (BPM) Atau Manajemen Proses Bisnis.

Tujuan dari BPR adalah sebagai berikut:

  1. Meningkatkan output barang
  2. Meningkatkan kepuasan pelanggan dan menarik pelanggan dari kompetitor
  3. Meningkatkan kualitas kerja dan kemampuan individu
  4. Mengefektifkan proses kerja
  5. mengefesiensikan biaya kerja

Studi Kasus Business Process Reengineering

Contoh dari proses Business process reengineering ini pernah dilakukan oleh perusahaan mobil Ford yang menggantikan sistem mereka yang masih manual dengan sistem database online.

Masalah utama yang dimiliki Ford kala itu adalah departemen ford kelebihan pegawai yang sangat banyak. Mereka mempekerjakan sekitar 500 orang, sangat signifikan berbeda dengan Mazda yang hanya memperkerjakan 5 orang di departemen yang sama (departemen AP/ account payable).

Ford meluncurkan inisiatif BPR untuk mencari tahu mengapa kinerja mereka buruk. Proses lama ford bekerja sebagai berikut:

  • Bagian pembelian menerima pesanan pembelian. Salinan diteruskan ke AP (akun hutang/ account payable)
  • Kontrol material menerima barang & mengirim salinan dokumen pengiriman ke AP
  • Vendor mengirimkan tanda terima ke AP
  • AP sudah OK dengan tiga dokumen yang dikirimkan dan baru setelah itu pembayaran dikeluarkan.

Dengan alur proses pengerjaan seperti itu, menciptakan proses yang tidak efisien dan efektif sehingga dampaknya adalah FORD harus memiliki banyak karyawan.

Menyadari hal ini, Ford sepenuhnya merekayasa ulang prosesnya. Daripada melakukan semuanya secara manual, mereka membuat database online yang digunakan untuk mencocokkan berbagai dokumen.

Dengan cara ini, departemen AP tidak perlu mengecek semua dokumen yang ada. Dokumen akan secara otomatis di cek oleh sistem, sehingga FORD dapat mengurangi karyawan yang berlebih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *